Reminder: remind me later

Tidak banyak orang yang tahan ketika menerima kritikan atau nasihat. Ah bahkan tidak jarang, di masa kenakalan, inginnya berontak dari nasihat orang tua. Selalu merasa diri benar, lebih baik, lebih tau, dan lebih yang lain. Bagi mereka, nasihat orang tua atau ceramah dari siapapun semacam ocehan yang “gue juga tau kalee”, “iya!”, atau “ah, mamah ga ngerti!!” atau “terserah aku lah, hidup-hidup guee”, “ngapain sih kak cape-cape ngurusin urusan adek”, atau yang pernah saya alami “kok kamu ngurusin saya sih, Ma?”

Hmm. Manusia… memang inginnya dimengerti. Manusia, memang inginnya diperlakukan sesuai dengan keinginan mereka. Manusia, memang inginnya bebas bergerak tanpa ada yang membatasi.

Hanya saja.. kita kadang tidak menyadari bahwa ketika itu, kita hanya mengukur diri kita dengan gelas ukur kita sendiri. Kita lupa bahwa hidup ini perlu keseimbangan, perlu pembanding, perlu penguat. Ga bisa kita menjustifikasi diri sendiri, timbangan aja bentuknya ga panjang sebelah kan? dia dibuat sama rata dengan satu tumpuan di tengah. Kita butuh orang lain untuk menyeimbangkan, untuk membandingkan, untuk menguatkan.

Tidak perlu berpikir panjang untuk menemukan alasan-alasan kenapa kita harus saling mengingatkan, akan sangat banyak alasannya. Allah swt sudah sangat sempurna menciptakan kita satu paket dengan Al Qur’an sebagai panduan hidup kita, di sana ada “illaladzi na aamanu waamilushshalihati wa tawaa shoubil haqq, watawaa shoubil shabr” –> orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

“Maka dalam kita saling mengingatkan, motivasi terbesar kita adalah saling menutupi, untuk saling melindungi dan menjaga, bukan saling menelanjangi atau membongkar kekurangan dan aib masing-masing.” Tarbawi edisi 276 Th. 13, Rajab 1433, Mei 2012.

Tidak akan pernah kita merasa rugi sedikitpun dengan memperoleh nasihat dari orang lain. Kita justru akan mendapati betapa hidup kita semakin dekat dengan kesempurnaan. Kita akan melihat lebih jelas diri kita. Adik-adik remaja (adikku khususnya), jika mamah atau papah mengomentari atau memberi nasihat, ya sebenarnya itulah suara hati mereka agar anak-anaknya bisa jauh lebih baik dari mereka. Mereka tidak mungkin tidak memahami diri anak-anaknya, mereka orang yang paling paham dengan anaknya.. jadi percayalah dengan kata-kata mereka 🙂

Saling mengingatkan menjadi hal yang paling dibutuhkan oleh manusia. Bukan untuk saling menelanjangi, bukan saling todong dan menyalahkan, not at all.. Tetapi untuk menutupi dan saling menghiasi. Tentu tidak lupa, berilah nasihat dengan cara terbaik.

Ayo beri saya nasihat 🙂

Pepatah bilang, “siapa yang memucat wajahnya ketika mendengar nasihat, akan menghitam wajahnya saat mendengar keburukannya dibuka.” na’udzubillah… jangan sampai jadi orang yang menutup diri dari nasihat dan ternyata keburukannya jauh lebih banyak dari nasihat yang sampai ke telinganya.